Saturday, December 13, 2008

Masjid Jamiul Niakmah - Phan Rang

Diawali suatu peristiwa yang terjadi kebetulan, saat sedang perjalanan dinas di propinsi Ninh Thuan penulis melewati sebuah bangunan yang unik, berbeda dari bangunan sekitarnya. Lokasinya persis di pinggir Jalan Raya 1A (Quoc Lo 1A) yang menghubungkan kota Hanoi dan Ho Chi Minh. Tepatnya sekitar 12 km dari kota Phan Rang ke arah selatan. Karena penasaran penulis menyempatkan diri berhenti untuk melihat bangunan tersebut dari dekat. Melihat bentuknya sepertinya masjid, tapi di Vietnam?

Terlihat bangunan tersebut sedang dalam tahap pembangunan. Penulis memasuki area bangunan dan mencoba berkomunikasi dengan para pekerja bangunan. Ternyata dugaan saya benar, sebuah masjid!

Sangat sulit berbicara dengan mereka yang menggunakan bahasa Vietnam dialek lokal. Seorang ibu tua mempersilakan saya mengunjungi sebuah rumah yang terletak di sebelah kiri masjid tersebut. Setelah tiba dan dipersilakan duduk barulah saya bertemu tuan rumah. Ternyata tuan rumah tersebut adalah Haji Abu Dawous, nama Vietnamnya adalah Nao Du. Beliau cerita tentang kesulitan dana untuk proses perbaikan masjid.

Penulis (tengah) bersama Haji Abu Dawous (kiri)


Masjid Jamiul Niakmah didirikan tahun 1968, sebagai tempat ibadah bagi sekitar 70-80 muslimin yang tinggal di situ. Kondisi fisik bangunan menurun drastis selama periode perang. Tahun 2005 seorang muslim dari Afrika Selatan mengunjungi masjid tersebut berdasarkan informasi yang diperolehnya selama di Malaysia. Pada tahun 2007 masjid tersebut dikunjungi delegasi muslim dari Afrika Selatan yang berminat mengirimkan hewan kurban. Mereka terkejut melihat kondisi bangunan masjid tersebut. Mereka kembali ke Afrika Selatan untuk menggalang dana bantuan perbaikan masjid. Mereka berhasil mengumpulkan dana sumbangan sebesar USD 67,000.

Mengenai kesulitan pendanaan perbaikan masjid, saya berjanji kepada Haji Dawous untuk menyampaikannya kepada teman-teman di Hanoi. Saya meminta Haji Dawous untuk menyiapkan surat pengantar permohonan bantuan beserta dokumen-dokumen pendukung. Pada tanggal 6 Juni 2008 alhamdulillah Haji Dawous berkunjung ke Hanoi dan bersilaturrahim dengan beberapa muslim di masjid Al Nur Hanoi.

Penulis bersama Haji Dawous, pak Pandji dan pak Ramadhan di masjid Al Nur - Hanoi


Setelah pertemuan kami dan Haji Dawous, rekan-rekan muslim masyindo segera mengkoordinir sumbangan untuk pembangunan masjid. Sumbangan tersebut diserahkan kepada Haji Dawous melalui Abdussalam, imam masjid Al Nur Hanoi, yang bertemu dan menyampaikan sumbangan tersebut kepada Haji Dawous.

Saat berkunjung kembali ke Phan Rang, penulis menyempatkan diri mengunjungi Masjid Jamiul Niakmah dan bertemu Haji Dawous. Sekarang proses perbaikan masjid sudah hampir selesai meskipuan belum seluruhnya tuntas. Pada kesempatan tersebut, Haji Dawous juga menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada muslim masyindo di Hanoi atas bantuan yang diberikan.


Masjid Jamiul Niakmah - 26 Mei 2008

Masjid Jamiul Niakmah - 4 Desember 2008

Saat ini di propinsi Ninh Thuan terdapat 4 buah masjid. Dua diantaranya berada di kecamatan Ninh Hai, dan dua masjid lainnya berada di kecamatan Ninh Phuoc termasuk Masjid Jamiul Niakmah. Seluruh muslim di propinsi tersebut berasal dari etnis Champa dengan populasi sekitar 1,500 orang (informasi dari Haji Dawous).

Etnis Champa sendiri awalnya menganut ajaran Hindu tetapi kemudian sebagian diantaranya memeluk Islam. Sekarang etnis Champa yang tidak menganut Islam sepertinya sudah tidak menganut Hindu lagi. Belum ada informasi lebih lanjut apakah mereka menjadi atheis atau menganut konfusianisme.

Catatan: foto Masjid Jamiul Niakmah yang lebih baru, bertanggal 15 Mei 2010 bisa dilihat di link ini

Monday, December 8, 2008

Idul Adha 1429H di Hanoi

Udara Hanoi hari Senin pagi, 8 Desember 2008, cukup bersahabat, sejuk tapi tidak terlalu dingin. Muslimin dari berbagai penjuru kota Hanoi, berbagai bangsa, berbagai busana berdatangan menuju masjid satu-satunya di ibukota Vietnam. Bahkan masyindo dari Quang Ninh pun 'turun gunung'. Gema takbir berkumandang melalui pengeras suara di 12 Hang Luoc, alamat masjid Al Nour (begitu tulisan yang tertera di atas gerbang utama).

Jam 07.10 masjid sudah mulai penuh. Beberapa orang yang datang belakangan harus berdiri di belakang, menunggu sholat Ied dimulai. Saat semua orang berdiri, akan tersedia ruangan lebih banyak sehingga yang berdiri di belakang bisa memasuki barisan shaf. Jam 08.30 kumandang takbir berhenti. Sholat Ied akan dimulai.

Seusai sholat Ied, beberapa jamaah tetap tinggal di masjid untuk bersalaman saling memaafkan. Teman-teman dari Indonesia juga gak ketinggalan salam-salaman, becanda, dan foto-foto tentunya.

Cau Lac Bo 'anak kost'


Bersama imam masjid Al Nour, anh Abdussalam


Peace man!

Dari masjid masyindo terus berkunjung ke rumah pak Sugeng - bu Eko, katanya disediakan sarapan! Ini harapan satu-satunya menikmati suasana lebaran haji semirip mungkin dengan di kampung sendiri. Berangkat dong!

Suasana silaturrahim di rumah pak Sugeng - bu Eko memang hangat, suasananya maupun makanannya. Pokoknya judulnya 'Gembira' deh.

Anh Dinda, anh Lam, anh Sugeng va anh Rizal


Anh Ade, anh Khoe, anh Leksi va anh Herianda


Repot ngabsennya nih...


Em Dian va chu nha co Sugeng

Co Sarah, co Hera va co Noni

Rupanya sarapan lebaran a la pak Sugeng - bu Eko itu baru babak pertama. Di babak kedua, giliran pak Tobing dan bu Endang mengundang masyindo untuk berkunjung. Kesempatan emas! Tapi sayang sekali, hari ini tetep masuk kantor dan diberi ijin untuk sholat Ied saja. Jadi terpaksa tidak bisa berkunjung ke rumah pak Tobing - bu Endang.

Selamat Idul Adha 1429H, mohon maaf lahir dan batin.

Wednesday, October 29, 2008

Halal Bi Halal Di Kediaman Atase Pertahanan KBRI - Hanoi

:: (RUMAH ZULFARDI JUNIN) ::

Berbekal undangan yang dikirim lewat milis sebelumnya cukup membuat semangat tetap tinggi, meskipun baru tiba dari Jakarta dengan sedikit migren dan disambut hujan deras di penghujung musim gugur. Udara Hanoi terasa sejuk.

Hari itu (Minggu, 26 Oktober 2008) keluarga pak Zulfardi punya hajatan: Halal Bi Halal yang dimulai jam 18.00. Yang bikin seru, rupanya sebelumnya ada pemanasan dulu: tanding gaple yang dimulai jam 15.00, dalam rangka memeriahkan HUT TNI ke-63. Jadi para pemain gaple kelas dunia (yang tinggal di Hanoi) berkumpul di rumah Athan untuk jajal ilmu.

Rupanya semangat tinggi kurang ampuh mengimbangi rasa kantuk, hujan, udara sejuk dan migren. Walhasil baru datang ke lokasi jam 19.00 malam, setelah ditelepon ong Raihan dan ong Leksi. Begitu tiba di depan rumah Athan (Villa No. 44/7 Van Phuc Diplomatic Quarter, Van Bao Street - Hanoi), bau semerbak sate sudah kemana-mana mirip asap kebakaran hutan di Sumatera. Rupanya acaranya meriah banget, nih foto-fotonya:


Supply crunch? Rebutan dong... (dok. mbak Julie)


No comment ah.... takut kualat


Yah... cumi, cuman minuman


Overdosis sate


Eh, makanannya masih nyisa gak ya?


Ngipasin arang panas juga ya....



(dok. mbak Julie)

Tanpa mereka, Hanoi sepi

Boleh dong mejeng (dok. mbak Julie)



Tapi ada berita yang menyedihkan, rupanya ong Dino dan ba Sylvi sudah siap-siap untuk hengkang ke Manado setelah bertugas di Hanoi sejak awal 2007. Tentu saja kesempatan kumpul-kumpul ini juga dijadikan ajang perpisahan. BTW, gimana nih band Permai Hanoi? tukang bedug nya cabut nih. Raihan siap-siap aja ya.....

Semoga pak Dino dan bu Sylvi terus sukses di tempat baru dan tetap menjalin hubunga
n dengan kita-kita yang masih di Vietnam.


Farewell speech nih....

Akhir kata, semoga TNI tetap jaya!

Iman

NB: terima kasih buat mbak Julie yang beberapa fotonya saya pakai

Monday, September 29, 2008

Pengambilan Sumpah Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) 2009 - Hanoi

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Pemilu 2009 untuk memilih anggota DPR, DPD dan Presiden, telah dibentuk PPLN (Panitia Pemilihan Luar Negeri) untuk wilayah Vietnam bagian utara (untuk mudahnya, selanjutnya disebut PPLN Hanoi).

PPLN Hanoi terdiri dari 5 orang, sebagai berikut:
1. Bapak Herianda (KBRI, ketua)
2. Bapak Imanudin (wakil masyarakat, anggota)
3. Bapak Syamsudin Sidabutar (KBRI, anggota)
4. Ibu Esther (wakil masyarakat, anggota)
5. Bapak Tara Wibisana Putera (wakil masyarakat, anggota)


Bp. Herianda, Bp. Imanudin, Bp. Syamsudin, Ibu Esther, Bp. Tara (ki-ka)

Susunan tim PPLN Hanoi ini telah mendapatkan pengesahan dari KPU. Sehubungan dengan itu, telah diadakan pengambilan sumpah untuk ketua dan anggota PPLN pada hari Jumat lalu (26 September 2008) bertempat di KBRI Jalan Ngo Quyen 50, Hanoi.

Acara dimulai pukul 14.00 dan dipimpin langsung oleh Duta Besar RI untuk Vietnam, bapak Pitono Purnomo. Bertindak sebagai saksi adalah bapak Ramadhan (KBRI) dan bapak Wadiyono (wakil masyarakat).

Saat ini PPLN Hanoi sedang menunggu petunjuk pelaksanaan (juklak) dari KPU sebagai acuan untuk menyiapkan pelaksanaan Pemilu 2009.


Untuk mendukung pelaksanaan Pemilu 2009, selain pembentukan PPLN juga telah dibentuk sekretariat operasional (bapak Leksono dan ibu Wati, KBRI) yang juga telah diambil sumpahnya pada acara yang sama.

PPLN Hanoi dan Sekretariat Operasional bersama Dubes RI

Monday, September 15, 2008

Istilah keagamaan dalam bahasa Vietnam (mengenal bahasa Vietnam)

Gereja bahasa Vietnam-nya apa? Nhà Thơ

Masjid bahasa Vietnam-nya apa? Nhà Thơ

Lho kok?

Saya jadi penasaran, masa sih bahasa Vietnam-nya sama. Setelah kasak-kusuk, Tanya kiri kanan sama teman-teman Vietnam, semua bilang begitu (catatan: teman-teman Vietnam saya itu orang Kinh, etnis mayoritas). Sekali waktu saya ketemu orang Vietnam dari etnis Champa, dia bilang terjemahan masjid ke dalam bahasa Vietnam itu salah kaprah. Terjemahan yang benar untuk masjid adalah Thánh Ðường.

Terus kenapa selama ini masjid itu sering disebut Nhà Thơ (bahkan masjid An Noor Hanoi pun menggunakan sebutan ini di gerbang utamanya)? Setelah saya cek sama teman-teman etnis Kinh, ternyata mereka juga mengenal kata Thánh Ðường tapi jarang dipake. Maklum hanya digunakan oleh muslim Vietnam yang jumlahnya super minoritas (Buddha adalah agama terbesar di Vietnam, jumlah pengikutnya mencapai……. 5% dari populasi saja!). Jadi biar praktis, mereka pukul rata saja. Semua tempat ibadah selain Buddha, Konfusianisme disebut Nhà Thơ.

Untuk tempat ibadah orang Vietnam sendiri (umumnya Konfusianisme), mereka mengenal Chuá, Ðình, dan Ðền. Apa bedanya?

Chuá itu biasanya tempat peribatan (Buddha atau Konfusianisme) yang ukurannya relatif besar. Yang ukurannya lebih kecil disebut Ðền. Ðình sendiri meskipun seringkali penampakan fisiknya seperti Ðền, tapi tidak selalu berfungsi sebagai tempat peribadatan. Seringkali malah serupa dengan balai desa di Indonesia, tempat untuk pertemuan warga.

Untuk perayaan keagamaan, orang Vietnam mempunyai Tết Nguyên Ðán (disingkat Tết) yang menandai pergantian tahun baru kalender bulan. Tết yang ini dirayakan nyaris seperti lebaran idul fitri di Indonesia. Kantor, sekolah, diliburkan dan semua orang mudik. Bule bilang Tết practically shut down the whole country, katanya.

Selain itu masih ada Tết Trung Thu, Tết buat anak-anak yang dirayakan setiap tanggal 14 bulan ke delapan kalender bulan. Tanggal ini diyakini sebagai pertengahan musim gugur (meskipun suhu udara di Hanoi hampir gak ada bedanya dengan musim panas).

Natal di Vietnam bisa jadi lebih meriah daripada di Indonesia. Apa pasal? Di Vietnam perayaan natal cenderung menjadi perayaan untuk semua orang. Jangan heran kalo banyak sekali yang berkostum Sinterklas wara wiri di jalan saat malam perayaan natal. Baik yang sekedar jalan-jalan, maupun beberapa wiraswastawan yang menawarkan jasa pengiriman hadiah natal, menggunakan kostum Sinterklas. Di sini natal disebut dengan Nô el (Nô en) atau Giáng sinh.

Umumnya gereja Katedral, Anglikan, dan gereja Korea di Hanoi akan dipadati pengunjung saat malam perayaan Natal. Baik yang beribadat maupun yang sekedar jalan-jalan. Maklum ketiga gereja itu memang bersolek dan mengadakan acara khusus yang terbuka buat semua orang.

Berikut beberapa kata dalam bahasa Vietnam yang berkaitan dengan masalah agama:

Tuhan = Chuá

Dewa = Thần

Agama = tôn giáo

Sembahyang = cầu nguyện

Islam = đạo Hồi Giáo

Kristen = đạo Cơ đốc

Katolik = đạo Thiên chuá

Buddha = đạo Phật

Hindu = Ấn Ðộ Giáo

Yahudi = đạo Do Thái

Puasa = ăn kiêng

Idul fitri = Tết fitri, ya ớ (bahasa Champa), tết ăn chay (ăn chay = vegetarian; mungkin dikaitkan dengan muslim yang mengaku vegetarian untuk menghindari daging babi)

Yesus = Chuá Giê xu

Paskah = Phục sinh

Tuesday, August 5, 2008

Nama Panggilan Kekerabatan Dalam Bahasa Vietnam (mengenal bahasa Vietnam)

Konon, orang Vietnam selalu menganggap orang lain itu seperti keluarga. Jadi mereka akan memanggil orang lain dengan panggilan kakak, adik, paman dan lain-lain. Berikut saya sampaikan daftar nama panggilan yang biasa digunakan orang Vietnam.


Catatan: alih-alih menggunakan istilan “tante” saya gunakan istilah “bibi” biar lebih meng-Indonesia. Jadi bibi yang dipakai di sini bukan merujuk ke pembantu rumah tangga; Uwa = pakdhe (dalam bahasa jawa)

Ibu : mẹ (Hanoi); má (Saigon)
Bapak : bố (Hanoi); cha (Saigon)
Adik (laki-laki) : em (trai)
Adik (perempuan) : em (gái)
Kakak (laki-laki) : anh (trai)
Kakak (perempuan) : chị (gái)
Suami : chồng
Isteri : vợ
Anak (laki-laki) : con (trai)
Anak (perempuan) : con (gái)
Paman (dari bapak) : chủ
Paman (dari ibu) : cậu
Bibi (dari bapak) : cô
Bibi (dari ibu) : dì
Kakek (dari bapak) : ông nội
Kakek (dari ibu) : ông ngoại
Nenek (dari bapak) : bà nội
Nenek (dari ibu) : bà ngoại
Bapak mertua : bố vợ
Ibu mertua : mẹ vợ
Uwa (laki-laki) : bác (trai)
Uwa (perempuan) : bác (gái)
Isteri paman dari bapak : thím
Suami bibi dari bapak : chủ
Isteri paman dari ibu : mợ
Suami bibi dari ibu : chủ
Cucu = keponakan : cháu

Ada yang ketinggalan gak ya?

Rasanya segini aja udah bikin pusing kan?

Saturday, July 12, 2008

Chào bạn! (mengenal bahasa Vietnam)

Saat pertama kali bertemu orang Vietnam, kata dalam bahasa Vietnam yang paling sederhana dan serbaguna adalah “Chào !” (dibaca cao, dengan c seperti dalam kata”cabe”). Jika ditambah kata Xin (dibaca “sin”) di depannya, akan membuatnya lebih sopan dan formal.

Jika dikombinasikan dengan kata lain, fungsinya akan lebih spesifik, misalnya:
*Chào bạn = hai teman
*Chào mọi người = salam untuk semua
*Chào buổi sáng = selamat pagi
*Chào buoi tối = selamat malam

Perlu diingat, dalam berbahasa Vietnam penggunaan simbol nada dan cara melafalkannya dengan benar sangat penting. Satu kesalahan kecil dalam intonasi bisa membuat artinya berbeda sama sekali.

Bisa dilihat dalam contoh-contoh berikut:
*Cháo (intonasi naik) = bubur
*Chao (datar, tanpa intonasi) = (1) sejenis tahu, juga terbuat dari kedelai, (2) mencuci dengan cara direndam dalam air dan mengocok-ngocok, (3) mengayunkan, (4) menyelam
*Chảo (intonasi 'meliuk') = penggorengan
*Chạo (pengucapan dihentikan tiba-tiba di ujung kata) = sejenis salad dari kulit babi, herbal, tepung beras
*Chão (dibaca ca-o, di Saigon mungkin dibaca dengan intonasi meliuk) = tali / kabel

Nah lho!

Kadang yang membuat saya sulit menggunakan intonasi yang benar adalah karena terdengar lucu buat kuping saya sehingga yang keluar adalah intonasi yang ingin saya dengar, padahal tidak dimengerti orang Vietnam. Banyak teman Indonesia yang merasa frustrasi karena merasa sudah belajar banyak, tetapi saat dipraktekan tidak ada orang Vietnam yang mengerti. Faktor utamanya adalah penggunaan intonasi yang salah.

Friday, January 4, 2008

Perayaan Tahun Baru 2008 di KBRI Hanoi

KBRI telah mengundang masyindo di Hanoi untuk merayakan pergantian tahun di KBRI. Asyik banget deh, acaranya seru dan cukup hangat. Maksudnya hangat beneran karena banyak orang di dalam ruangan he...he... (di luar suhunya 16-18oC).

biasa..... pemanasan dulu
Acaranya dimulai jam 19.00, ada band kagetan, nyanyi karaoke dan tentu saja makan-makan. Apalagi disediakan sate dan sop kambing yang insya Allah halal! Ada tahu berontak & wedang jahe juga lho! Top markotob deh! Buat anak kost, kayak saya, tentu saja kesempatan emas. Hajar bleh!

Band Permai sekali lagu manggung, meskipun sang vokalis yang juga lurah Hanoi lagi pulang kampung. Kelihatannya pak Pandji ingin merayakan tahun baru di Monas deh... hi..hi.. Walhasil, ditodong lah vokalis dadakan. Ada Kang Heri yang ngerock, mas Leksi yang romantis, om Herianda yang hip hop (ini apa sih?), mbak Mila dan bli Made yang dangdut abis.
bli Made serasa di kampung halaman, joget bareng Mila



countingdown menyambut pergantian hari
lucu-lucu kan?
pak Iden, pak Djumadi & Harry kebelet joget tapi malu
Acara ditutup dengan countdown berdasarkan WIBS (Waktu Indonesia Bagian jam tangan bu Sofie) dan doa yang dipimpin pak Dadang.

Terima kasih buat seluruh staf KBRI, much well appreciated.

SELAMAT TAHUN BARU 2008